Bahasviral.com – Juru bicara militer Hamas Brigade al-Qassam, Abu Ubaidah, memperingatkan rezim Zionis Israel pada hari Senin tentang konsekuensi dari upaya membebaskan para sandera dengan tindakan militer. Dalam pernyataannya, Abu Ubaidah menegaskan bahwa rezim Zionis harus memilih apakah para sandera akan dipulangkan dalam keadaan hidup atau mati.
Peringatan tersebut muncul setelah kematian enam sandera Israel yang ditemukan di dalam terowongan di kota Rafah, Gaza Selatan, pada hari Minggu.
“Setelah insiden Nuseirat, instruksi baru dikeluarkan kepada para pejuang yang ditugaskan untuk menjaga sandera mengenai cara menangani mereka jika tentara pendudukan [Israel] mendekati lokasi penahanan mereka,” kata Abu Ubaidah.
Pernyataan ini merujuk pada pembebasan empat sandera oleh militer Israel pada 8 Juni 2024, yang menyebabkan terbunuhnya beberapa sandera dan pembantaian di kamp pengungsi Nuseirat. Abu Ubaidah menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan tentara pendudukan atas kematian para sandera tersebut.
“Kegigihan Netanyahu untuk membebaskan para sandera melalui tekanan militer alih-alih membuat kesepakatan akan berarti mereka akan dikembalikan ke keluarga mereka dalam peti mati. Keluarga mereka harus memilih: hidup atau mati,” tegas Abu Ubaidah seperti dilansir dari Palestine Chronicle, Selasa (3/9/2024).
Netanyahu sendiri mengklaim bahwa para sandera telah ditembak di bagian belakang kepala dan bersumpah akan membalas dendam kepada Hamas. Namun, pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menegaskan bahwa ancaman Netanyahu tidak akan membuat mereka takut dan menuduh Netanyahu mencoba untuk melarikan diri dari tanggung jawab atas kematian para sandera.
“Netanyahu membunuh enam tahanan dan dia bertekad untuk membunuh yang tersisa. Israel harus memilih antara Netanyahu atau kesepakatan itu,” tegas Abu Zuhri.