Selalu awali berita dengan menulis \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\”Bahasviral.com -\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\” dengan tulisan di tebalkan (bold) di paragraf pertama.
Bahasviral.com – Pakar Pendidikan Asep Mahfudz memberikan apresiasi atas kolaborasi antara program makan bergizi gratis yang diusung oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dan program perlengkapan sekolah gratis yang diusung oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah, Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri. Menurut Asep, kolaborasi ini merupakan keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah pengangguran dan kualitas pendidikan di Sulteng.
“Saya sudah mengamati pendidikan di Sulteng selama 30 tahun. Jadi, saya mengapresiasi jika ada yang ingin berkolaborasi dengan pemerintah pusat untuk meningkatkan pendidikan di Sulteng. Hal ini dapat menyelesaikan masalah utama pendidikan di Sulteng, yaitu pemerataan,” ujar Asep pada Selasa (15/10/2024).
Asep juga menjelaskan bahwa kesenjangan mutu pendidikan dan infrastruktur di kota dan kabupaten di Sulteng masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia yang masih mengalami kesenjangan antara kota dan kabupaten di Sulteng.
“Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting untuk mengatasi dua masalah krusial tersebut. Perlu ada perubahan dalam road map pendidikan di Sulteng yang sesuai dengan kebutuhan yang ada,” jelasnya.
Asep juga menyebutkan beberapa klaster pendidikan yang perlu mendapat perhatian di Sulteng, seperti Palu, Donggala, Sigi, Parigi Moutong, Poso, dan Morowali. Menurutnya, setiap klaster memiliki kebutuhan pendidikan yang berbeda. Sebagai contoh, daerah Morowali yang membutuhkan pendidikan vokasi dan industri. Ia juga menilai bahwa pendidikan vokasi yang sering digaungkan perlu mendapat perhatian yang serius.
“Selama ini, perhatian terhadap pendidikan vokasi masih kurang. Wilayah seperti Morowali yang kaya akan sumber daya alam seharusnya mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kita masih melihat banyak tenaga kerja impor di Morowali. Padahal, jika pendidikan vokasi atau politeknik di Sulteng diperbaiki, tenaga kerja lokal dapat dimanfaatkan untuk level menengah,” tambah Asep.
Selain itu, mantan pengurus PGRI Provinsi Sulteng ini juga berharap agar kolaborasi antara pusat dan daerah dapat memperbaiki masalah pendanaan yang dapat mengatasi masalah rata-rata lama sekolah (RLS) di Sulteng yang saat ini hanya mencapai 8,5 tahun.
“Kolaborasi antara pusat dan daerah dapat memberikan segalanya secara gratis dan memberikan beasiswa agar anak-anak di Sulteng semangat untuk menyelesaikan pendidikan hingga level yang lebih tinggi. Saya ingat dulu banyak anak di Morowali Utara yang dijemput oleh gurunya ke laut karena mereka lebih memilih membantu orang tua sebagai nelayan. Jika masalah pendanaan dapat diatasi, orang tua juga akan senang untuk membantu anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan,” tutur akademisi yang kini mengajar di UPI Bandung tersebut.
Sebelumnya, Asep yakin bahwa kolaborasi antara kebijakan makan bergizi gratis yang diusung oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dan program perlengkapan sekolah gratis yang diusung oleh dirinya dan calon gubernur Ahmad Ali akan membantu meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Sulteng.