Sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Yedioth Ahronoth pada hari Senin (4/11/2024) menyoroti kebutuhan mendesak militer untuk merekrut 7.000 orang di tengah krisis pendaftaran tentara yang mengkhawatirkan, yang mengakibatkan penurunan satu persen per tahun dalam jumlah tentara pria.
Situasi ini telah menyebabkan gangguan yang cukup besar di Israel, dengan adanya pembatalan kelas dan ruang kelas yang kosong.
Untuk mengatasi hal ini, sekolah-sekolah telah meminta bantuan dari guru-guru yang sudah pensiun, orang tua, dan lulusan baru-baru ini untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh guru yang dipanggil untuk bertugas di garis depan.
Rabbi Rafi Maimon, kepala sekolah AMIT Hammer Rehovot High School for Boys, menyatakan, “Banyak guru yang sangat berkualitas telah dipanggil untuk bertugas, dan kami berusaha untuk mendukung para administrator kami di masa yang penuh tantangan ini. Oleh karena itu, kami meminta bantuan dari guru yang sudah pensiun, orang tua, dan lulusan baru-baru ini untuk menggantikan mereka yang bertugas di garis depan.”
Maimon juga menekankan pentingnya peran guru dalam pendidikan, dengan mengatakan, “Kami sedang menghadapi tantangan besar, dan tentara harus menyadari betapa pentingnya peran guru. Selama lebih dari setahun, siswa telah mengalami ketidakstabilan dalam lingkungan pendidikan.”