BahasViral.com – BANGKALAN – PT Pertamina Hulu Tenaga West Madura Offshore ( PHE WMO ), bagian dari Zona 11 Lokal Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina kembali meraih Inisiatif Penilaian Peringkat Prestasi Perusahaan di Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup lalu Kehutanan.
Penghargaan ini diperoleh melalui pengembangan Rencana Eco-edufarming yang dimaksud dikembangkan pada Desa Bandangdaja, Kecamatan Tanjungbumi, Wilayah Bangkalan, Jawa Timur, dengan melibatkan 28 anggota Grup Tani Bumi Sentosa Sejahtera (BSS).
Tahun ini terdapat 4.495 perusahaan yang digunakan terdaftar di penilaian PROPER, dimana 85 perusahaan mendapat PROPER Emas, 227 perusahaan PROPER Hijau, 2.649 perusahaan PROPER Biru, 1.313 perusahaan PROPER Merah, lalu 16 perusahaan dapat PROPER hitam.
PHE WMO mengimplementasikan inisiatif ini untuk mengatasi lahan kritis yang memiliki komposisi material organik yang mana rendah serta struktur tanah yang tersebut kurang baik, sehingga kurang mampu menyokong perkembangan tanaman.
Secara sosial, warga Desa Bandangdaja belum menguasai pengetahuan juga keterampilan terkait dengan pengelolaan SDA. Sehingga sejumlah peluang desa yang mana belum optimal dimafaatkan. Hal yang disebutkan juga menyebabkan penduduk Desa Bandangdaja lebih tinggi memilih merantau daripada hidup di dalam desa.
Selain itu, besar limbah kotoran hewan di tempat desa cukup tinggi. Masyarakatnya pun mengalami ketergantungan pasokan sayur dan juga buah dari luar pulau. Ketua Tim Tani Bumi Sentosa Sejahtera Ahmad Marnawi membenarkan, jikalau selama ini banyak lahan pertanian dalam Bandangdaja yang tersebut kering dan juga bukan bisa jadi dimanfaatkan.
Warga jarang mengonsumsi sayur kemudian buah lantaran pasokan yang dimaksud didatangkan dari Jawa menimbulkan harga jual sayur juga buah mahal. Warga juga mencoba beternak sapi, namun pada waktu kemarau, tak mudah bagi merekan untuk mencari pakan ternak. Kekeringan lahan memproduksi petani tidaklah sejahtera dan juga ini berdampak pada sektor pendidikan.
Hasilnya, PHE WMO mengubah kemustahilan menjadi keniscayaan. Rencana ini berhasil meningkatkan produktivitas 6,7 hektare lahan kering lalu memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik, juga lebih besar dari 6 ton cocopeat per tahun dimanfaatkan untuk membantu penghematan air dengan menggunakan sistem pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna.
Manager WMO Field, M Basuki Rakhmad mengungkapkan perusahaan juga memperkenalkan alat soil nutrient sensor terhadap warga untuk mengukur zat nutrisi penting pada tanah seperti nitrogren, fosfor dan juga juga kalium. Alat ini membantu petani untuk menyesuaikan pengaplikasian pupuk agar tumbuhan mendapatkan nutrisi yang mana dibutuhkan. Pengaplikasian sensor dapat meyakinkan flora petani meningkat dengan optimal serta hasil panen yang dimaksud lebih besar baik dengan tingkat keberhasilan 99,3 persen.